Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya
hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia
sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut
banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
2.SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan,
Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di
Indonesia berada di daerah yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah
lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau
sebagai pos penampungan.
3.JENIS
Klasifikasi belut adalah sebagai beriku
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa);
Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans
Cant (belut kali/laut) Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa,
belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering
dijumpai adalah jenis belut sawah.
4.MANFAAT
Manfaat dari budidaya belut adalah:
1)Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2)Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3)Sebagai obat penambah darah.
5.PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi
iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat
berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban
dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2)Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak
terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3)Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu
berkisar antara 25-31 derajat C.
4)Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus
bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu
ukuran 1-2 cm.
Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak
memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
6.PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1.Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut
harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan
(untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran
3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang
masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran
5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran
15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2)Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama
hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3)Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam
pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut
remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut
konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam
belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga
panjang belut pemanenan kelak berukuran
3-50 cm.
4)Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding
tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
5)Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air
yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan
lainnya.
6)Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti
pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong
untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun
dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan
ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan
organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan
kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50cm (bahan organic + air).
Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut
dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah.
Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
6.2.penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit
a.anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif
adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan
masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b)Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bias
juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c.Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau
pemijahan.
Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran
± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
d.Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas
satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2.
Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru
telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran
anak belut berkisar 1,5¬2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk
ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan
ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon
bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm.
Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi
selama dua bulan atau empat bulan.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit Dari hasil pemijahan anak
belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini
benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan
perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk
membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah
satu bahan organic utama.
2)Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan
tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10
hari sekali.
3)Pemberian Vaksinasi
4)Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah
menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
7.HAMA DAN PENYAKIT
7.1.Hama
1)Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang
langsung mengganggu kehidupan belut.
2)Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering
menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga,
nmusang air dan ikan gabus.
3)Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang
sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif
tidak banyak diserang hama.
7.2. Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan
oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.
8.PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1)Berupa benih/bibit yang dijual untuk
diternak/dibudidayakan.
2)Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual
untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya
dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut,dengan
pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil
saja.
9.PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah
yang besar,penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini
agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga
mempunyai jaringan pemasaran yang luas
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya
belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai
berikut:
1) Biaya Produksi
a.pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp.
28.000,-
b.Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-
c.Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp.
45.000,-
d.Lain-lain Rp. 30.000,-
Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-
2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- = Rp.
750.000,-
3) Keuntungan Rp. 422.000,-
4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun
pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan
keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik,
maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
Tehnik Pemeliharaan
Budidaya Belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal.
Masyarakat yang memiliki lahan sempitpun dapat memelihara belut. Secara Teknis
Budidaya dan pemeliharaan belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian
dalam memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan,
memilih benih, perkembangbiakan belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan
serta hama. Disisi lain kita juga memerlukan tata cara panen, pasca panen,
pemasaran dan pencatatan analisa usaha dalam melakukan Budidaya belut.
Pemilihan Bibit
Bibit belut yang paling bagus untuk di budidayakan adalah
bibit yang di hasilkan dari hasil budidaya (pembenihan sendiri), walau bibit
hasil tangkapan masih tetap bisa hidup dan bisa di besarkan di air besih.
Tetapi jika dalam cara penangkapannya tidak benar, belut bisa lama jika
dibesarkan karena mengalami stres sehingga kita harus mengadaptasinya terlebih
dahulu dengan waktu yang cukup lama (tergantung tehnik perawatannya), kalau
tehnik perawatannya salah, belut hasil tangkapan tersebut bisa mengalami
kematian.
Seperti contoh bibit belut yang di hasilkan dengan
menggunakan setrum : cara penangkapannya dengan Voltase terlalu tinggi, untuk
pengadaptasianya bisa mencapai 1 bulan bahkan bisa lebih dan jika dalam Proses
pengaptasian salah, bisa mengakibatkan kematian pada waktu pemeliharaan.
Jika dalam waktu menangkapnya (belut) dengan menggunakan
alat setrum, apabila stik strum mengenai badan belut, belut tidak akan bisa
tahan hidup lebih lama.
Belut hasil setruman akan tetap bisa hidup dan bisa dibesar
di air bersih jika cara penangkapannya dengan tehnik yang benar misal: Voltase
strum tidak terlalu besar, stik strum tidak mengenai badan belut, waktu
penyetruman, tidak terlalu lama (belut tidak sampai kaku) dan Belut yang kita
ambil dari tanah/lumpur yang subur itu juga sangat berpengaruh.
Ciri-ciri bibit belut hasil Setruman antara lain: Pada
bagian dubur berwarna kemerahan, pada bagian insang juga berwarna kemerahan.
jika stik setrum mengenai badan belut, pada badan belut tersebut dalam waktu 2
hari atau lebih akan timbul luka seperti koreng dan lama-lama belut akan mati.
Ciri-ciri Bibit Belut
Tidak semua bibit belut bila kita pelihara akan bisa besar,
adapun ciri-ciri balut yang bisa besar dan tidak bisa besar bila kita
budidayakan antara lain:
Bibit belut yang warna hitam dari kepala sampai ekor , bibit
ini tidak bisa besar.
Bibit belut yang berwarna kemerah-merahan terang disekujur
tubuhnya,bibit ini tidak bisa besar.
Bibit belut yang berwarna hitam dan panjang, lambat
pertumbuhannya atau kemungkinan tidak bisa besar walau lama dipelihara.
Bibit belut warna hitam kepala lebih besar (tidak
proporsional) tidak baik untuk dibudidayakan karena tidak bisa besar. Bibit ini
kalau dipegang terasa agak keras.
Bibit belut yang berwarna abu-abu paling besar seukuran
jempol tangan namun perkembangannya sangat lambat.
Bibit yang berwarna dominan coklat dan kehijau-hijauan
seluruh tubuhnya,bibit ini bisa besar bila di budidaya dan Bibit ini kebanyakan
di dapat dari sawah
Bibit belut yang dominan warna "coklat bening" dan
totol-totol hitam sangat bagus untuk dibudidayakan karena cepat besar dalam
waktu singkat.
Bibit yang paling bagus, warna rata-rata punggung kuning
kecoklatan dan ada batikannya di bagian ekor, Di bagian Kepala ada
"coretan-coretan" warna kuning, dada berwarna kuning / oranye. bibit
ini bisa mencapai ukuran sebesar pergelangan tangan orang dewasa.
Namun bibit belut yang sudah kita yakini termasuk jenis
belut yang bisa besar dan sudah memiliki ciri-cirinya, khusus untuk bibit belut
yang di hasilkan dari tangkapan alam, bahwa sanya belut tersebut ada yang tetap
tidak mau besar bila kita budidayakan baik di media lumpur ataupun di media air
bersih. Akan tetapi mereka(belut) diperoleh ada dari sawah yang subur dan tidak
subur atau kurang subur , bisa jadi yang berwarna kuning pun,ada yang Kuntet,
karena bibit belut tersebut hidup di areal persawahan yang tidak banyak cacing
Lor sawahnya.Sehingga pertumbuhannya terganggu. Dan ini ditunjukkan dengan
banyak ditemukannya bibit seukuran Finggerling atau jari kelingking sudah
matang gonad (perutnya sudah banyak mengandung butiran telur yang berwarna
kuning), Kalau mereka sudah mengeluarkan telurnya, lalu kita tangkap untuk
dipelihara, bisa jadi Tidak Bisa Membesar walupun sudah dipelihara selama lebih
dari 4 bulan, akan tetapi masih bisa bertelur, karena fa’al tubuhnya sudah
mendukung (dewasa) matang gonad walaupun badannya kecil.Karena lingkungannya
kurang Gizi(kurang asupan makanan cacing lor dll).
Proses Karantina
Karantina sepertinya merupakan sebuah kosa kata yang cukup
popular di kalangan para pemelihara atau pembudidaya belut maupun jenis ikan
lainnya, sebelum berbicara lebih jauh tentang ini, mungkin lebih baik kita
memahami apa maksud dan tujuan dari karantina itu sendiri.
Karantina boleh disebut juga sebagai suatu kegiantan untuk
mengisolasi atau memisahkan sesuatu dari lingkungan tertentu dengan maksud dan
tujuan tertentu.
Dalam hal pemeliharaan atau pembudidaya, kita melakukan
karantina dengan tujuan untuk menjaga agar belut yang akan kita budidayakan
sudah benar-benar sehat atau tidak terjangkit penyakit tertentu yang dibawa
oleh bibit belut yang akan kita tebar.
Latar Belakang
Yang banyak terjadi di kalangan pembudidaya belut terutama
pembudidaya pemula adalah kurang paham benar apa yang menjadi maksud dan tujuan
karantina untuk memaksimalkan hasil karantina tersebut.
Sebelum berbicara lebih jauh akan maksud dan tujuan
karantina alangkah baiknya kita untuk terlebih dahulu memahami latar belakang
dari kegiatan ini.
Setiap mahluk hidup, hidup di komunitas / lingkungan mereka
masing – masing, dan setiap komunitas hidup antara yang satu dengan yang lain
tidaklah sama.
Antara lingkungan yang satu dengan yang lain mempunyai
banyak perbedaan, walaupun juga memiliki kesamaan. Sedangkan mahluk hidup
sendiri mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkunngan hidupnya.
Untuk lebih memahami kita ambil contoh manusia. Seorang
petani yang menanam padi disawah tidak merasa gatal walaupun seharian berendam
di lumpur yang basah dan kotor, akan tetapi seorang pekerja kantoran yang
mencoba membantu petani menanam padi di sawah, merasa gatal – gatal pada
kulitnya bahkan sampai menderita iritasi.
Begitu juga anggota keluarga petani keesokan harinya perut
mereka merasa kurang nyaman karena pada malam sebelumnya makan makanan yang
dibawa oleh “ si pekerja kantoran “.
“ Si Petani “ sendiri karena tidak punya makanan tetap makan
makanan “Si Pekerja Kantoran” dan lama – lama terbiasa.
Begitu juga petani yang bermalam di rumah pekerja kantoran,
keesokan harinya sakit demam karena semalaman tidur di kamar yang menggunakan
AC ( Air Conditioning ).
Begitu juga anggota keluarga “ si pekerja kantoran “
tertular penyakit kulit karena menggunakan handuk mandi yang pernah digunakan
petani tersebut.
Kalau kita menyimak ilustasi diatas mungkin kita dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
• Setiap mahluk hidup dapat menyesuaikan atau beradaptasi
terhadap lingkungannya.
• Dalam proses adaptasi terhadap lingkungan setiap mahluk
hidup bisa mengalami “ganguan”
• Setiap mahluk hidup dapat menjadi sarana ( carrier )
“penyakit” terhadap lingkungan barunya.
• Mahluk hidup yang sehat belum tentu tidak mengandung “
bibit penyakit “.
• Apabila mahluk hidup dapat menyesuaikan dengan
lingkungannya berarti mahluk tersebut sudah memiliki kekebalan ( imum )
terhadap “ penyakit di lingkungannya “.
Jadi meskipun bibit Belut yang baru didatangkan sudah
kelihatan sehat belum tentu bebas dari bibit penyakit. Demikian juga belut yang
sudah ada di kolam kita belum tentu bebas dari bibit penyakit walaupun belut
tersebut sehat.
Mungkin dari gambaran diatas kita sedikit bisa memahami
langkah – langkah untuk melakukan kegiatan karantina.
Tujuan
Yang seharusnya menjadi tujuan dari karantina adalah untuk
menjaga agar belut yang telah kita miliki tidak tertular bibit penyakit yang
mungkin dibawa oleh belut yang baru.
Selain itu maksud dan tujuan karantina adalah untuk
menyesuaikan lingkungan hidup belut yang baru dengan lingkungan asal sehingga
bila belut yang baru kurang dapat beradaptasi dan mengalami gangguan tidak
menjangkiti belut yang lainnya atau yang sudah kita miliki.
Kegiatan Karantina.
Apakah setiap bibit belut baru wajib karantina ???
Karantina/Pengadaptasian
- tidak semua belut mudah meyesuaikan dengan lingkungan baru
(media air bersih) terutama belut yang dihasilkan dari hasil tangkapan alam.
- Biasanya belut tertentu akan mengalami “gangguan” sebelum
dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya.
- Belut mudah stress bila berubah lingkungan hidupnya
sehingga mudah terserang penyakit karena sistim imum tubuhnya menurun.
Janglah karantina yang ideal sebenarnya membutuhkan proses
yang cukup detail yang seolah – olah sangat rumit padahal tidaklah demikian,
asal kita dapat memahami “ tehniknya”.
Langkah karantina yang ideal, dimulai pada saat kedatangan
belut Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah meyiapkan tempat karantina
yang memadai baik luas maupun volume tempat karantina tersebut, yang sebelumnya
sudah kita isi dengan air kolam yang rencananya akan kita gunakan untuk
pemeliharaan belut tersebut.
Apakah harus ? tidak , dengan mengisi tempat karantina
dengan sumber air yang sama dengan kolam yang rencananya akan kita gunakan
untuk memelihara belut tersebut sudah cukup memadai bila sumber air yang
digunakan bukan air PDAM/PAM, bila memakai air PDAM/PAM hendaknya ditreatment
terlebih dahulu.
Salah satu Tehnik Proses karantina sekaligus adaptasi yang
sudah saya terapkan, bibit belut yang dihasilkan dari tangkapan alam (setrum
atau sedek)
Untuk kolam/tempat karantina , sebaiknya "jangan"
ada yang berbentuk sudut/menyiku, kolam yang kita siapkan harus berbentuk
bundar ataupun lonjong, kolam karantina bibit belut air bersih
"tidak" usah terlalu besar dan untuk bibit yang kita masukan kedalam
kolam karantina Volumenya harus diperpadat, kepadatan dalam proses karantina
adalah sangat berpengaruh penting. Ketinggian air pada kolam karantina 10
sampai dengan 15 dari permukaan belut yang kita masukan.
Bila tempat karantina sudah siap, belut yang masih berada di
wadah pengangkutan airnya harus di ganti terlebih dahulu untuk menghilangkan
lendir yang berada di dalam wadah pengangkutan, lalu masukkan belut tanpa
lendir/busa.Untuk pemindahan bibit belut dari wadah pengangkutan, sebaiknya
dilakukan dengan sehati-hati mungkin, gunakanlah alat seperti jaring (serok) usahakan
bibit jangan sering dipegang dengan tangan secara langsung biar belut tidak
stress.
Setelah belut tenang, Langkah berikut adalah pada tempat
karantina diberi kocokan telur ditambah dengan madu supaya bibit cukup Vitamin
dan energi, kemudian tambahkan perasan daun pepaya dengan harapan untuk
mengembalikan lendir yang sudah banyak dikeluarkan belut selama dalam
pengangkutan.
Setelah satu jam kemudian kuraslah air dan di ganti dengan
air yang baru.
1 sampai 2 hari, bibit belut jangan di beri pakan terlebih
dahulu, setelah 2 hari kemudian, pemberian pakan baru dilakukan sampai bibit
belut benar-benar sudah sehat.
Ciri-ciri bibit belut yang sudah siap ditebar di kolam
pembesaran (media air bersih), belut sudah tidak ada yang mendongakan kepalanya
keatas (permukaan air). Apabila masih ada bibit belut yang mendongakan
kepalanya keats dan sudah membalikan badannya segeralah diambil, pisahkan
dengan bibit yang sudah sehat.
CATATAN : pada waktu proses karantina dilakukan, air harus
dalam keadaan jernih (bening), tidak boleh keruh.
biofish fishtamin (vitamin complex)
Namun Bila bibit belut yang kita dapatkan dari hasil
budidaya, untuk proses karantina/adaptasinya tidak membutuhkan waktu yang lama,
cukup 1 hari atau 2 hari, bibit sudah siap kita tebarkan di kolam pembesaran
media air bersih (air bening) tanpa lumpur.
Tata Cara Perawatan
Setelah proses karantina/adaptasi dilakukan dengan benar,
masukan bibit kekolam pembesaran dan kemudian lakukan perawatan.
Pakan dan Pengaturan Air
Meskipun sudah banyak ilmuwan-ilmuwan dan peneliti
berpendapat "Waktu pemberian pakan pada belut adalah sore menjelang malam,
karena belut aktif pada malam hari" namun dalam budidaya belut di air
bersih yang sudah kami terapkan pemberian pakan bisa dilakukan dalam sehari
semalam 3 kali (pagi,siang dan sore hari) dengan dosis 5% dari jumlah benih
yang ditebar.
Pemberian pakan bisa dilakukan 3 kali dalam sehari semalam
kalau kita sudah memenuhi unsurKENYAMANAN bagi belut itu sendiri.
Sedangkan faktor kenyamanan terdiri faktor internal dan
eksternal
1. Faktor internal.
Media harus tersedia yaitu. Substrat ( paralon, atau
genteng, roster, eceng gondok maupun kiambang, dsb)
Faktor Oksigen. (sangat berpengaruh besar terhadap reaksi
dan nafsu makan, sekaligus kelangsungan hidup) Khusus Untuk budidaya air
bersih, faktor oksigen sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup dan daya nafsu makan belut). Air menjadi syarat utama kolam
pemeliharaan belut, karena itu lubang sirkulasi air dan lubang pembuangan
kelebihan air menjadi syarat utama. Air harus terus mengalir walau dalam jumlah
debit yang sangat kecil dari sumber air agar oksigen terlarut tetap terjaga
persediaannya
2. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal adalah suasana Gelap dan tenang. ( Gelap
berarti tempat harus ditutup dengan terpal hitam atau coklat, tidak boleh warna
terang atau tembus cahaya, Tenang berarti tidak boleh ada aktifitas lain di
lingkungan budidaya)
Pakan, pemberian pakan bisa di lakukan dalam sehari semalam
3 kali bisa berjalan apabila Faktor eksternal dan internal terpenuhi.
Untuk menambah nafsu makan belut dapat diberikan jamu
empon-empon, bahan-bahan bakunya seperti "temulawak (curcuma xanthorhiza),
kunyit, kencur dan temu ireng. untuk perbandingan 1,5 : 0,5 : 0,5 : 0,5 dengan
cara: kesemua bahan tersebut di rebus dan kemudian di saring, setelah dingin
air dari bahan-bahan tersebut di masukan ke kolam secara merata. Pemberian jamu
nafsu makan sebaiknya di berikan pada sore hari kemudian pada pagi hari, air
dikuras dan di ganti dengan air yang baru. Dalam waktu pemberian jamu nafsu
makan tersebut, belut jangan diberi pakan terlebih dahulu sebelum pengurasan
dilakukan.
Air Pemeliharaan
Lendir yang dikeluarkan belut memang menjadi salah satu
mekanisme untuk menjaga agar tubuhnya tetap licin sehingga dapat membantu gerak
belut dan menjadi sarana melepaskan diri dari musuh-musuhnya. Namun, dalam
pemeliharaannya, lendir belut yang terus menerus dikeluarkan dalam jumlah yang
banyak akan membahayakan belut itu sendiri, dari hasil penelitian mengemukakan,
jika dalam air yang di gunakan untuk budidaya belut sudah terlalu banyak lendir
yang dikeluarkan oleh belut itu sendiri maka air harus segera diganti maka air
tersebut akan meracuni belut itu sendiri dan juga bisa mengakibatkan kematian
pada belut. lendir yang sudah banyak di keluarkan juga akan sangat mempengaruhi
kualitas air, terutama akan meningkatkan derajat keasaman/pH air. untuk itu,
kualitas air menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Walau tidak ada
persyaratan khusus, tetapi idealnya air yang digunakan sebagai media pembesaran
belut harus jernih, memiliki suhu antara 25-28 derajat C, Tidak mengandung
bahan kimia yang berbahaya, serta kendungan pH-nya tidak lebih dari 7.
Budidaya Belut Di Air Bersih
Tekhnik Terbaru, Budidaya Belut Di Air Bersih. Belut bisa
hidup dan bisa dibesarkan di air Bersih (air bening) tanpa lumpur ini adalah
hal yang sangat luar biasa, ini bener-bener ilmu yang sangat bermanfaat bagi
kita khususnya para pembudidaya belut, sehingga kita bisa lebih effisien dalam
melakukan usaha ini. Dengan adanya tehnik terbaru ini sehingga para pembudidaya
belut sudah tidak pusing-pusing mencari "debog pisang, jerami, lumpur dan
lain-lain, kita sudah tidak repot lagi untuk melakukan bokasi dan menfermentasikan-nya.
Ini bukan penampungan dan bukan hasil rekayasa tetapi
bener-bener hasil budidaya. Tempat hidup alami belut (Monopterus albus) yang
tinggal di dalam lumpur. Banyak orang, baik penelitian atau usaha, yang sudah
mencoba membikin lumpur untuk usaha budidaya. Mungkin beberapa yang berhasil
meskipun kebanyakan yang lainnya masih bergelut dengan ‘teknologi doa’ untuk
panen. karena hidup di dalam lumpur, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk
memastikan jumlah serta perkembangan belut selama masa pemeliharaan. sehingga,
sangat layak bila kemudian mencoba berinovasi: "Budidaya Belut Di Air
Bersih (air bening) tanpa lumpur"
Dalam hipotesis: mungkin belut bisa hidup dan dibesarkan
pada air bersih tapi tetap harus menggunakan lumpur untuk reproduksi alami.
Secara teknis: sejauh kebiasaan makan bisa diadaptasikan dan
kebutuhan pakan bisa disuplay secara terkontrol, seharusnya pembesaran belut di
air bersih dapat dilakukan. hanya saja, kontrol terhadap kemungkinan serangan
penyakit akibat proses adaptasi harus benar-benar diamati dan dijaga.
Keuntungan: dengan pembesaran belut pada air bersih, jumlah
(yang berkaitan dengan kelangsungan hidup) dan pertumbuhan (yang berhubungan
dengan penambahan bobot) dapat selalu terkontrol sehingga target produksi bisa
lebih ter-realistis dan untuk jumlah penebaran bibit belut di air bersih bisa
lebih besar (bisa 10 bahkan sampai 30 kali lipat dibanding dengan penebaran
benih di media lumpur).
Walau masih banyak orang yang tidak/belum percaya dengan
adanya Ilmu terbaru ini (belut bisa hidup dan bisa dibesarkan di 100% air
bersih (air bening) tanpa lumpur, mungkin karena mereka belum pernah melihat
dan belum pernah mencobanya karena belum tahu tehnik-tehnik dalam melakukan
Budidaya Belut Di Air Bersih.
Sekilas Tentang Belut
Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular memiliki
bentuk tubuh memanjang, tidak bersirip dan tidak bersisik, serta memiliki
lapisan lendir di sekujur tubuhnya yang termasuk dalam suku Synbranchidae. Suku
ini terdiri dari empat genera dengan total 20 jenis. Jenis-jenisnya banyak yang
belum diberikan dengan lengkap sehingga angka-angka itu dapat berubah.
Anggotanya bersifat pantropis (ditemukan di semua daerah tropika).
Belut berbeda dengan sidat, yang sering dipertukarkan. Ikan
ini boleh dikatakan tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang juga
tereduksi, sementara sidat masih memiliki sirip yang jelas. Ciri khas belut
yang lain adalah tubuh licin berlendir, tidak bersisik, dapat bernafas dari
udara, bukaan insang sempit, tidak memiliki kantung renang dan tulang rusuk.
Belut praktis merupakan hewan air darat, sementara kebanyakan sidat hidup di
laut meski ada pula yang di air tawar. Mata belut kebanyakan tidak berfungsi
baik, bermata kecil.
Ukuran tubuh belut bervariasi. Monopterus indicus hanya
berukuran 8,5 cm, sementara belut marmer Synbranchus marmoratus diketahui dapat
mencapai 1,5m. Belut sawah Monopterus albus sendiri, yang biasa dijumpai di
sawah dan dijual untuk dimakan, dapat mencapai panjang sekitar 1m (dalam bahasa
Betawi disebut moa).
Kebanyakan belut tidak suka berenang dan lebih suka
bersembunyi di dalam lumpur (tempat persembunyian). Semua belut adalah
pemangsa. Daftar mangsanya biasanya hewan-hewan kecil di rawa atau sungai,
seperti ikan, katak, serangga, serta krustasea kecil dan juga ada yang bersifat
kanibalisme.
Spesies belut mempunyai nilai pemakan yang tinggi.
Khasiatnya dikatakan setanding dengan ikan tengiri dan selar, mengandungi 18.6
% protein dan 15 % lemak. Belut juga kaya dengan lemak, kalsium, vitamin B,
Vitamin D dan zat besi. Tidak heranlah banyak yang percaya belut boleh membantu
mengubati penyakit seperti sakit pinggang, lelah, darah tinggi, lemah tenaga
batin dan penyembuhan luka pembedahan. Spesies ikan ini jika dikonsumsi secara
rutin miniman 100 gram/hari dikatakan boleh menguatkan daya tahan tubuh,
menormalkan tekanan darah, menghaluskan kulit, mencegah penyakit mata,
menguatkan daya ingatan dan membantu mencegah hepatitis.
Keunggulan dan Kelebihan Bidudaya Belut Di Air Bersih
Belut Mudah Dikontrol
Budidaya belut di Media Air Bersih tanpa lumpur terbilang
lebih effektif dibandingkan dengan budidaya belut di media lumpur. Khususnya
kemudahan dalam melakukan pengontrolan terhadap belut yang dibesarkan, selain
itu jika ada belut yang terlihat sakit atau mati, akan mudah terlihat sehingga
bisa segera diambil dari kolam budidaya.
Penebaran Benih Belut Lebih Banyak
Budidaya Belut dengan media air bersih memungkinkan
pembudidaya untuk meningkatkan jumlah belut yang di besarkan dikolam hingga
bisa mencapai 30 kali lipat per m2 di banding budidaya belut di media lumpur.
Hal ini dapat di lakukan karena di media air bersih, fungsi lumpur sebagai alat
perlindungan/persembunyian bagi belut, sedangkan budidaya belut di air bersih
peranan tubuh belut itu sendiri bisa di jadikan tempat perlindungan/persembunyian
bagi belut itu sendiri (pengganti lumpur). Dalam Budidaya belut di air bersih
berdasarkan uji coba, untuk ukuran 1m2 bisa ditebar benih belut 30kg, sedangkan
di media lumpur penebaran benih untuk ukuran 1 m2 hanya bisa kita tebar 1kg
maksimal 1,5kg, jika penebaran melebihi angka tersebut pertumbuhan belut akan
terganggu, bahkan bisa terjadi saling nyerang menyerang antar belut untuk
berebut wilayah hidupnya. Sehingga tingkat kematian belut di media lumpur akan
semakin tinggi.
Meminimalkan Angka Kanibalisme
Seperti binatang-binatang lainnya, belut yang dibesarkan di
dalam air yang berlumpur terutama belut jantan atau belut yang sudah mencapai
umur 6-8 bulan, akan memperlakukan habitat tempatnya bernaung sebagai daerah
kekuasaannya. bila merasa terusik oleh belut yang lain dan daerah kekuasaannya
terancam, belut tersebut akan saling serang menyerang. Hal itulah yang
menyebabkan tingginya angka kematian pada belut-belut yang kita pelihara di
media air berlumpur. namun, dalam hal ini tidak akan terjadi pada belut yang
dipelihara di media air bersih tanpa lumpur, karena antara belut satu dengan
yang lainya justru saling membutuhkan, dalam metode budidaya belut di air
bersih, badan belut adalah sebagai tempat untuk saling melindungi dan sebagai
tempat persembunyian.
Lebih Effisien Dan Effektif
Belut yang sudah kita kenal dengan gaya hidupnya yang selalu
bersembunyi didalam lumpur yang berair. Namun hal yang sebenarnya dimana ada
lobang belut yang masih ada belutnya disitu pasti akan terdapat air yang
jernih. Dengan adanya hal tersebut berarti syarat hidup belut adalah di air
jernih (air bersih), dan tanpa lumpurpun masih bisa hidup dan bisa dibesarkan.
Budidaya belut di air bersih (air jernih) tanpa lumpur memungkinkan para
pembudidaya tidak akan kerepotan karena harus mencari jerami, debog pisang
ataupun lumpur sebagai medianya namun dengan budidaya belut di air bersih cukup
dengan air yang jernih saja dan dalam budidaya belut di air bersih juga akan
menghemat lahan karena dalam pembikinan kolam dengan media air bersih, bisa
disusun menjadi 3 tingkat atau lebih. dalam pemberian pakan di media air bersih
juga tidak cuma-cuma(mubadzir) karena setiap kita tebar pakannya, belut akan
melihat sehingga belut akan langsung memangsanya.
Faktor-fator Utama Dalam Budidaya Belut Di Air Bersih
Beberapa Fator-faktor Utama Yang Harus Kita perhatikan Dalam
Budidaya Belut Di Air Bersih
antara lain :
Air
Dalam Budidaya belut di air bersih, air adalah faktor utama
yang sangat berpengaruh pada perkembangan belut. Jika air yang kita gunakan
dalam budidaya belut tidak rutin di kontrol maka akan sangat mempengaruhi pada
perkembangan belut kita.
Air yang bagaimana yang layak digunakan Budidaya belut air
bersih?
air yang layak digunakan dalam budidaya belut di air bersih
adalah air yang jernih, memiliki suhu antara 25-28 derajat C, air yang tidak
mengandung zat-zat kimia berbahaya.
Air yang kurang layak/tidak bagus untuk budidaya belut di
air bersih
air PDAM karena banyak mengandung zat-zat kimia (kaporit),
air yang langsung diambil dari sumur bur karena sangat minim kandungan
oksigennya dan air limbah
Usahakan dalam melakukan budidaya belut di air bersih, kolam
harus ada sirkulasi air walau dengan debit yang sangat kecil (ada yang masuk
dan ada yang keluar). Dengan adanya aliran air kedalam kolam budidaya maka akan
menambah kandungan oksigen didalamnya sehingga sangat berpengaruh dalam untuk
perkembangan serta pertumbuhan belut dan kita juga tidak terlalu repot untuk
penggatian air.
Jika kolam budidaya belut tidak ada sirkulasi air dan
pembuangan, air akan cepat kotor/keruh, maka kita harus sering mengganti air
paling tidak selama 2 atau 3 hari sekali, tentunya kita akan sangat kerepotan
bukan? Jika air sudah kotor/keruh (warna kuning kecoklatan) air harus segera
kita ganti. tapi beda dengan kotoran yang mengendap didasar kolam, walau
didasar kolam sudah terdapat endapan tapi airnya masih jernih, air masih layak
kita gunakan, asal endapannya tidak terlalu tebal.
Pakan
Pakan, pakan juga termasuk salah satu faktor yang sangat
penting untuk perkembangan serta pertumbuhan belut. Berilah pakan secukup
mungkin, usahakan jangan sampai kekurangan atau jangan berlebihan dan berilah
pakan yang paling disukai belut, jika dalam pemberian pakan pada belut terlalu
banyak bisa mengakibatkan air cepat kotor(karena sisa makanan) dan bisa
mengakibatkan effek negatif pada belut, sehingga belut mudah sakit dan lama
kelamaan bisa mengakibatkan kematian. Jika pemberian pakan pada belut kurang,
maka bisa menimbulkan sifat kanibalisme pada belut kita dan kita juga akan rugi
karena pertumbuhannya akan lama. Selama belut masih mau makan dengan pakan
tersebut jangan beralih ke pakan yang lain secara total, kecuali belut mau
makan dengan pakan yang kita berikan, jika belut tidak mau makan dengan pakan
yang kita berikan, kembalilah kepakan yang sebelumnya.
Jenis-jenis pakan belut antara lain:
cacing lor, cacing merah, cacing lumbricus, ikan cere, ikan
cithol, ikan guppy, anakan ikan mas, berudu (kecebong), lambung katak, keong
mas/sawah, ulat hongkong dan masih banyak yang lainnya.
Bibit
Pemilihan bibit belut berkualitas adalah salah satu faktor
penting dalam menentukan keberhasilan budi daya belut. Umumnya bibit belut yang
ada saat ini sebagian besar masih merupakan hasil tangkapan alam. Karena itu,
teknik penangkapan bibit dari alam menentukan kualitas bibit. Bibit yang
ditangkap dengan cara alami menggunakan perangkap, seperti bubu, merupakan
bibit yang cukup baik karena tidak mengalami perlakuan yang menurunkan
kualitasnya. Sebaliknya, bibit yang diperoleh dengan cara tidak baik seperti
disetrum bukan termasuk bibit berkualitas. Pasalnya, bibit seperti ini
pertumbuhannya tidak akan maksimal (kuntet). Lebih baik lagi jika bibit yang
digunakan berasal dari hasil budidaya. Ukurannya akan lebih seragam dan jarang
terserang penyakit seperti yang mungkin terjadi pada belut hasil tangkapan
alam. Sayangnya, bibit belut hasil budidaya untuk saat ini masih sangat
sedikit.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan terkait
bibit belut yang berkualitas.
1. Bibit yang digunakan sehat dan tidak terdapat bekas luka
Luka pada bibit belut dapat terjadi akibat disetrum, pukulan
benda keras, atau perlakuan saat pengangkutan. Umumnya, bibit yang diperoleh
dengan cara disetrum cirinya tidak dapat langsung terlihat, tetapi baru
diketahui 10 hari kemudian. Salah satu ciri-cirinya terdapat bintik putih
seperti garis di permukaan tubuh yang lama-kelamaan akan memerah dan pada
bagian dubur berwarna kemerahan. Bibit yang disetrum akan mengalami kerusakan
syaraf sehingga pertumbuhannya tidak maksimal.
2. Bibit terlihat lincah dan agresif
Bibit yang yang selalu mendongakan kepalanya keatas dan
tubuhnya sudah membalik sebaiknya diambil saja karena belut yang sudah seperti
ini sudah tidak sehat dan lama kelamaan bisa mati. belut yang sehat mempunyai
ciri-ciri: tenang tapi lincah, belut akan mengambil oksigen keatas dengan cepat
kamudian kembali kebawah lagi.
3. Penampilan sehat yang dicirikan, tubuh yang keras dan
tidak lemas pada waktu dipegang
pada waktu kita memegang belut tentunya kita akan bisa
merasakan keadaannya, bila belut tersebut bila kita pegang tetap diam/lemas
atau tidak meronta/tidak ada perlawanan ingin lepas, sebaiknya belut
dipisahkan, karena belut belut yang seperti ini kurang sehat. Dan sekaliknya
jika kita pegang badannya terasa keras dan selalu meronta ingin lepas dari
genggaman tangan kita, belut yang mempunyai ciri seperti ini layak kita
budidayakan.
4. Ukuran bibit seragam dan dikarantina terlebih dahulu
Bibit yang dimasukkan ke dalam wadah pembesaran ukurannya
harus seragam. Hal ini dilakukan untuk menghindari sifat kanibalisme pada
belut. Bibit yang berasal dari tangkapan alam harus disortir dan dikarantina.
Tujuannya untuk menghindari serangan bibit penyakit yang
mungkin terbawa dari tempat hidup atau kolam pemeliharaan belut sebelumnya dan
untuk pemilihan belut yang sehat dan tidak sehat. Caranya adalah dengan
memasukkan bibit belut ke dalam kolam atau bak yang diberi air bersih biarkan
belut tenang dulu (kurang lebih 1 jam) kemudian berilah kocokan telur dicampur
dengan madu 1 jam kemudian penggantian air dilakukan dan biarkan belut sampai
bener-bener tenang diamkan kurang lebih 1 hari 1 malam kemudaian masuk bibit
kekolam pembesaraan.
Kepadatan (Volume)
Kepadatan penebaran bibit dalam pembesaran jenis-jenis ikan
sangatlah mempengaruhi pada perkembangan pertumbuhan dan tingkat kematian,
misal, dalam pembesaran jenis-jenis ikan seperti lele,gurame, nila dll, kalau
penebarannya terlalu padat, waktu pembesaran bisa terhambat walau pemberian
pakan sudah sesuai dengan ukurannya dan juga bisa mengakibatkan tingkat
kematian yang tinggi.
Namun metode pembesaran Belut di media air bersih ini
sangatlah berbeda dengan penebaran bibit jenis-jenis ikan yang lainnya,
Kepadatan penebaran bibit belut sangat berperan penting pada pertumbuhan dan
tingkat kematian. Kepadatan penebaran bibit belut untuk pertumbuhan, tergantung
dalam proses pemberian pakan dan untuk tingkat kematian justru bisa
meminimalkannya.
Mempersiapkan Pembesaran
Langkah Awal
Langkah awal untuk melakukan usaha budidaya belut di air
bersih adalah memelihara pakan, dalam melakukan usaha budidaya belut,jika kita
tidak ingin mengalami kendala terutama masalah pakan dan kita juga akan bisa
mengurangi biaya operasional usaha ini, lakukanlah langkah awal ini yaitu 3
atau 4 bulan memelihara pakannya terlebih dahulu sebelum kita menebar bibit
belut. Karena selama ini kendala dari para pembudidaya belut baik yang
menggunakan media lumpur maupun media air bersih adalah pada pemberian pakan
yang tidak menentu karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan pakannya
terlebih dahuludan hingga kini pakan yang paling disukai belut adalah pakan
dari alam, walaupun sudah ada pembudidaya belut dalam pemberian pakannya
menggunakan jenis pelet, namun setelah dihitung-hitung hasil analisa usahanya
masih sangat minim,padahal dalam setiap usaha tentunya untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih, bukan malah membuang-buang duit atau tenaga kita kan???
Banyak pembudidaya belut yang masih meremehkan hal ini dan
akhirnya mereka yang akan kerepotan sendiri karena setiap hari harus mencari
pakan buat belut kalau tidak, mereka harus membeli pakannya, sehingga untuk
biaya operasionalnya akan semakin membengkak untuk pembelian pakan. Dengan kita
memelihara pakan terlebih dahulu insyaALLOH akan mudah menghitung jumlah panen
dan analisa usahanya.
Persyaratan Lokasi
Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim
dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada
di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan
curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak
terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik. Kondisi kolam tidak beracun.
Suhu udara/temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu
berkisar antara 25-28 derajat C.
Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus
bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil.
Belut adalah binatang air yang selalu mengeluarkan lendir
dari tubuhnya sebagai mekanisme perlindungan tubuhnya yang sensitif. Lendir
yang keluar dari tubuh belut cukup banyak sehingga lama kelamaan bisa
mempengaruhi derajad keasaman (pH) air tempat hidupnya. pH air yang dapat
diterima oleh belut rata-rata maksimal 7. Jika pH dalam air tempat pembesaran
telah melebihi ambang batas toleransi, air harus dinetralkan, dengan cara
menggati ataupun mensirkulasikan airnya. Dengan demikian, kolam/tempat
pembesaran harus dilengkapi dengan peralatan yang memungkinkan untuk
penggantian atau sirkulasi air.
Ada beberapa macam tempat yang dapat digunakan untuk untuk
budidaya belut di air bersih (air bening) tanpa lumpur di antaranya: kolam
permanen (bak semen), bak plastik, tong (drum).
Dalam Budidaya Belut dengan menggunakan media lumpur dalam
wadah/tempat dan ruangan 5X5 meter, hanya bisa dibuat untuk 1 kolam saja
berbeda dengan Budidaya belut diair bersih dengan wadah dan Ruangan 5X5 meter,
bisa dikembangkanya 3 Kali lipat dari wadah budidaya itu sendiri, karena dalam
budidaya air bersih kita hanya memerlukan ketinggian air 30 Cm, maka tempat
budiaya kita bisa tingkat menjadi 3 susun atau 3 apartemen.